Orang lebih mengenal istilah shalat jamaah atau
shalat berjamaah, dibanding istilah shalat lainnya. Era 80-an, istilah
shalat nabi dan shalat khusyu belum begitu menggema seperti sekarang.
Bagaimana dengan istilah shalat sempurna yang dipopulerkan oleh
IMTRA Training Center? Apakah ini benar-benar istilah baru dalam shalat? Ternyata tidak! Istilah shalat sempurna sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Bagaimana sejarah dan latar belakang tentang shalat sempurna? Silakan simak tulisan berikut ini...
“Bukankah kesempurnaan itu hanya bagi Allah?” Inilah pertanyaan yang sering saya dengar dari jamaah, menyangkut soal
shalat sempurna.
Jawaban saya adalah: “Tidak!” Manusia juga bisa sempurna. Yang anda maksud “hanya bagi Allah” adalah Maha Sempurna. Manusia juga juga bisa adil, tapi yang Maha Adil adalah Allah. Jelasnya, Maha Adil dan Maha Sempurna hanya bagi Allah, tapi adil dan sempurna adalah bagi kita semua.
Shalat sempurna sebenarnya bukan istilah baru. Shalat sempurna adalah perintah Rasulullah SAW dalam sabdanya: “
Lurus dan rapatkan shaf kalian, karena lurus dan rapatnya shaf adalah bagian dari sempurnanya shalat” (HR Bukhari, Muslim).
Imam masjid seringkali membaca hadits ini sebelum memulai
shalat berjamaah.
Hadits tersebut menegaskan, untuk menggapai shalat sempurna diperoleh dengan cara:
1. Shalat dengan tata cara yang benar (shalat Nabi)
Tentu tidak hanya shafnya saja yang benar, tapi seluruh praktek shalat dari awal sampai akhir harus benar, seperti shalat yang dicontohkan Nabi.
“Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad). Inilah yang disebut dengan
Shalat Nabi.
2. Shalat berjamaah di masjid
Nilainya sangat agung, lebih tinggi dua puluh tujuh derajat, dan memiliki banyak fadilah agung lainnya. Rasul Muhammad adalah sosok manusia palilng sibuk, tapi beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Bahkan,
orang buta yang hidup sebatang karapun tidak mendapat izin dari Rasul untuk meninggalkan shalat berjamaah di masjid (HR Muslim).
Selain kedua poin penting di atas, agar shalat dapat mendatangkan pertolongan Allah, shalat menjadi lebih “berbekas”, dan pelakunya mendapat predikat sebagai orang yang beruntung (QS Al Baqarah, Al Ankabut & Al Mukminun), maka kita juga perlu melaksanakan shalat dengan penuh penghayatan, tunduk dan hadir hati (
shalat khusyu).
Dengan dasar-dasar itu, maka lahirlah konsep Trilogi Shalat Sempurna, yaitu:
1. Shalat Nabi, yang dikerjakan dengan cara yang benar dan mantap
2. Shalat berjamaah di masjid, yang bernilai agung
3. Shalat Khusyu, yang mampu memberi dampak positif & lebih dapat dinikmati
Karena itu,
Trilogi Shalat Sempurna harus menjadi prioritas utama yang harus kita kejar mati-matian, sebelum mati beneran…
Mengabaikan salah satunya, dapat berakibat sangat fatal.
Bagi yang telah mempelajari
ilmu shalat, mengerti betul tata cara shalat Nabi tapi tidak berupaya untuk shalat khusyu dan shalat berjamaah di masjid, ini masih jauh dari sempurna.
Atau bagi yang rajin shalat berjamaah, tapi tidak mempelajari tata cara shalat yang benar dan tidak menghayati shalat dengan baik, karena tidak mengerti makna
gerakan shalat dan makna
bacaan shalat. Ini juga berbahaya!
Demikian pula bila hanya mengejar shalat khusyu saja dengan cara shalat menyendiri, shalat di pinggir telaga dan sejenisnya. Bukankah Rasulullah SAW sangat murka terhadap orang yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid? Mengejar shalat khusyu tanpa belajar tata cara shalat yang benar (shalat Nabi) juga tidak dibenarkan.
Mari sempurnakan shalat kita! Jadikan shalat lebih mantap dan benar dengan shalat Nabi, lebih agung nilainya dengan shalat berjamaah dan lebih nikmat dengan shalat khusyu.
www.shalatsempurna.com